Kisah Sahabat 02: Umar ibn Al-khattab
(bhg 1)
Al-Khattab bin Nufail Al-Mahzumi Al-Quraisyi mendengar berita bahawa isterinya telah melahirkan bayi, maka wajahnya berseri-seri karena merasa gembira. Senang hatinya. Ia kemudian mencari-cari, mendengar-dengar khabar berita itu di tengah masyarakat yang sedang berkerumun di salah satu tempat dekat tembok Ka’bah.
Mendengar khabar bayinya ialah seorang putera, maka bertambahlah rasa kegembiraannya. Setelah itu ia pulang ke rumah untuk berjumpa isterinya iaitu Hantamah binti Hasyim, setibanya di rumah ia menyampaikan ucapan selamat kepada sang isteri dan kemudian ia mengusap mukanya yang dibasahi keringat. Selanjutnya ia mendekati puteranya dengan riang gembira seraya berkata-kata kepada bayinya itu dengan ucapan yang tak dapat difahami.
Selesai mengadakan perbincangan sebentar dengan isteri dan keluarganya, lalu puteranya yang baru lahir itu diberi nama “Umar”. Hari berganti hari, lalu si bayi dapat merangkak, selanjutnya berlatih berjalan yang kemudian menjadi anak yang meningkat dewasa.
Sepanjang perkembangannya ia mendapat perhatian penuh dan pemeliharaan yang terarah dari kedua ibu bapanya. Setelah ia menginjak remaja, ia diarahkan orang tuanya untuk memelihara ternakan peliharaannya, ia diberi pekerjaan yang cukup berat dengan tujuan menguatkan sifat-sifatnya dan dengan maksud menguatkan tubuhnya.
Umar adalah seorang berkulit putih kemerah-merahan, tubuhnya berambut, antara kedua bahunya lebar, dan kedua lengan tangannya kukuh. Sewaktu berjalan nampak cepatnya sehingga orang yang menyertainya tidak dapat mengikuti perjalanannya yang cepat itu.
Sewaktu pasar Ukaz dibangunkan di lapangan kota Makkah dan ummat manusia telah membanjiri seluruh penjurunya, maka Umarlah yang ditugaskan sebagai penunggang kuda di kalangan pemuda. Sehingga tiadalah pacuan kuda yang diikutinya kecuali dialah yang selalu memperoleh kemenangan.
Ada diceritakan, bahawa sewaktu diselenggarakannya perlumbaan, datanglah seorang pemuda yang berani dan berputar-putar di lapangan tempat perlumbaan itu sambil menampakkan kesombongannya serta keangkuhannya, sebab ia telah berhasil mengalahkan sejumlah penyaingnya dan telah dapat menundukkan keegoan mereka.
Maka setibanya Umar dan kawan-kawannya di lapangan, para penonton yang datang menonjolkannya dan menghebohkan kekuatan yang ada padanya. Mereka memberikan spirit kepada Umar untuk bertanding melawan pemuda pemberani tersebut. Pada permulaan berlangsungnya perlumbaan, pemuda itu melihat Umar dengan pandangan sinis dan penghinaan kerana Umar kelihatan marah. Maka Umar segera melepaskan selendang dan sebahagian pakaiannya, selanjutnya ia memasuki lapangan untuk bertanding dengan pemuda itu. Ketika bertanding, keduanya menampakkan kepakaran masing-masing sehingga orang-orang yang mengelilingi lapangan itu menjadi penuh sesak. Setelah beberapa putaran, maka Umar dapat mengalahkannya, sepontan suara kegembiraan terdengar, amat ramai sekali di semua tempat seakan-akan dapat membelah awan di langit. sehingga ia dapat mengembalikan kemenangannya kepada sukunya dan suku Quraisy. Ternyata Umarlah yang mendapat kemenangan.
Setelah itu Umar berjalan melewati pembesar-pembesar Quraisy di sekitar Ka’bah seraya mendapatkan penghormatan. Setelah keramaian pasar Ukaz bubar, dan orang-orang yang datang telah kembali ke tempat tinggal masing-masing, maka menjadi sepi lah situasi pasar-pasar di kota Makkah dari orang-orang pejalan kaki tadi. Maka Umar pun kembali pada adat kebiasaannya iaitu menyerbu umat Islam, dan menangkap mereka dengan kekerasan.
Pasar Ukaz sepanjang harinya selalu disibukkan dengan peristiwa Umar dan kaum Muslimin. Ia tidak mempunyai rasa belas kasih kepada mereka. Ia selalu menakut-nakuti dengan penuh kekerasan...
(Bhg 2)
Pada suatu ketika ia sedang berada di sekitar Ka’bah, di hari itu ia merasa sakit hati akibat celaan salah seorang yang ada di situ berkenaan puterinya, seorang kanak-kanak perempuan. Sebab Umar adalah orang yang memang tidak mahu dicela oleh sesiapa pun. Mendengar cercaan itu, maka ia segera bangun dengan mempercepat langkahnya pulang ke rumah. Selanjutnya ia membawa puterinya menuju ke lapangan kota Makkah. Puteri yang masih kecil itu disuruh duduk di sampingnya dan ia mula menggali lubang di tengah padang pasir.
Setelah selesai menggali lubang, maka anak yang tak berdosa itu dijerumuskan ke dalamnya dengan kerelaan hatinya, dan kemudian ia menimbunnya dengan tanah.
Ketika ia sedang asyik dalam pekerjaan menggali lubang itu, percikan tanah yang digalinya tertempel pada janggutnya, sedang puterinya yang kecil itu sempat membersihkan janggut ayahnya yang terkena tanah itu. Puterinya mengira bahwa yang dikerjakan ayahnya adalah bermain-main dan sedang menghiburnya. Akan tetapi dalam hal itu hati Umar sedikit pun tak tergores rasa kasih sayang kepadanya.
Memang menanam hidup-hidup anak perempuan di kala itu adalah merupakan kebiasaan serta adat orang Jahiliyah, sebab mereka merasa takut fakir atau tercela. Tetapi kebiasaan itu telah dilenyapkan oleh Nabi Muhammad saw yang mana beliau mengajak ummat manusia untuk melepaskan adat kebiasaan itu. Beliau berkali-kali menyampaikan kepada ummat manusia akan firman Allah subhanahu wa Ta’ala ini:
31. Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu kerana takutkan kepapaan; Kamilah Yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kamu. Sesungguhnya perbuatan membunuh mereka adalah satu kesalahan Yang besar. (Al-Isra')
8. Dan apabila anak perempuan Yang ditanam hidup-hidup: ditanya,
9. Dengan dosa apakah ia dibunuh? (At-Takwir)
Akan tetapi seruan Rasul itu tidak diterima orang-orang yang sangat bodoh dan sangat sombong lagi angkuh dengan telinga yang terkunci. Setelah itu Umar kembali ke Makkah, seolah-olah penutup dadanya telah tersingkap atau seakan-akan ia telah berada dalam budi mulia yang akan disanjung oleh masyarakat dan kemudian ia disebut sebagai orang yang baik.
Ia kembali pada perjalanannya dengan mengangkat kepalanya sebagaimana biasanya. Bumi bergerak di bawah telapak kakinya, ia melintasinya dengan gaya kesombongan dan keangkuhan.
Pada suatu ketika ia mengajak ibunya berkumpul bersama sahabat-sahabatnya di suatu tempat yang digunakan bersama untuk minum-minum dan bersenang-senang. Selesainya lalu ia pulang ke rumahnya. Adalah suatu yang aneh, bahawa anak perempuannya yang telah dikubur hidup-hidup pada hari yang telah lewat itu, menjadikan Umar tak dapat tidur dan selalu gelisah di saat ia beristirehat.
Sedangkan ibu dan puterinya tak dapat menangis dengan suara keras. Ia menahan nafasnya dan menyembunyikan rintihan tangisnya dalam dada, kerana khuwatir kalau Umar mengetahui pasti akan menyakitinya.
Di kala bangsa Quraisy berlebih-lebihan dalam menyakiti kaum Muslimin, maka sebagian kaum Muslimin berhijrah ke Habsyah (Ethopia) untuk menyelamatkan agama dan menghindari fitnah.
Pada suatu hari ketika Umar berbincang-bincang bersama pemimpin golongan Quraisy tentang adanya dakwah yang baru yang menggoncangkan masyarakat mereka, maka tampil salah seorang dari mereka, minta kepada sekalian orang yang berkumpul di situ agar Muhammad dibunuh dan dilarang dari dakwahnya. Yang dipilih pada waktu itu adalah Umar bin AI-Khattab, sebab jika ia marah pasti tidak mempunyai rasa kasihan, ia berani menakut-nakuti, mengancam dan berani melarang bagaikan harimau yang ganas.
Sementara itu salah seorang yang datang berkumpul di situ ada yang menggelengkan kepala sebagai tanda tidak setuju dan sebagai penghinaan kepada Umar seraya mengatakan: “Wahai Umar, urusilah keluargamu sendiri! Sebab saudara kandungmu Fatimah dan suaminya telah pindah agama, maka yang baik bagimu adalah meluruskan kebengkokan keduanya itu untuk kembali kepadamu.”
Ketika itu seakan-akan api bergejolak menyala-nyala dalam tubuh dan pakaian Umar. Ia lalu berdiri dengan melepaskan pandangan terakhir terhadap orang yang berkumpul, dan terus pergi menuju ke rumah saudaranya. Pergolakan fikirannya telah menghunjam ke dalam hatinya.
Setelah ia sampai di rumah saudaranya, ia menemui pintu yang sudah pecah, lalu ia membukanya dengan perlahan dan terus memasukinya. ia mendengar suara yang tidak keras yang kadang-kadang juga kedengaran keras bila ia maju selangkah demi selangkah. Selanjutnya setelah ia merasa tenteram dalam mendengar sebahagian kalimat, ia terpaku di tempatnya, seakan-akan ada kekuatan ghaib yang menghalang-halangnya untuk maju selangkah dan selangkah selanjutnya.
Setelah suara Fatimah berhenti, maka Umar berteriak kepada adik perempuannya sebelum ia masuk ke tempatnya. Maka ia dan suaminya cepat-cepat menyembunyikan apa yang sedang dipegang di tangannya, yaitu berupa lembaran bertuliskan ayat-ayat Al-Quran. Maka masuklah Umar seraya berseru minta penjelasan tentang bacaan yang didengarnya yang ia kurang faham. Pertama kali Fatimah bersama suaminya mengingkari dan tidak mau mengaku terus terang. Tetapi setelah Umar mendesak terus-menerus, maka Fatimah menyatakan bahwa dirinya benar-benar telah masuk Islam. Peristiwa inilah yang kemudian menjadikan Umar bertambah marah, bahkan di kala itu Umar akan menampar adik perempuan kandungnya, namun dihalang-halangi suaminya. Tetapi Umar berusaha memegangnya sehingga adik iparnya itu jatuh tersungkur ke bumi di mana mukanya luka-luka berdarah. Di saat itu lalu Umar merebut lembaran yang terdapat tulisan yang dibaca adiknya tadi dan ia pun lalu membacanya:
1. Taa' Haa.
2. Kami tidak menurunkan Al-Quran kepadamu (Wahai Muhammad) supaya Engkau menanggung kesusahan.
3. Hanya untuk menjadi peringatan bagi orang-orang Yang takut melanggar perintah Allah
4. (Al-Quran) diturunkan dari (Tuhan) Yang menciptakan bumi dan langit Yang tinggi.
5. Iaitu (Allah) Ar-Rahman, Yang bersemayam di atas Arasy.
Dan memang Maha Benarlah Allah, karena Dia juga berfirman:
21. Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini ke atas sebuah gunung, nescaya Engkau melihat Gunung itu khusyuk serta pecah belah kerana takut kepada Allah. dan (ingatlah), misal-misal perbandingan ini Kami kemukakan kepada umat manusia, supaya mereka memikirkannya. (Al-Hasyr)
Belum selesai Umar dalam membaca ayat tersebut, maka meredalah kesombongannya dan lenyap pulalah kemarahannya. Kemudian ia memeluk suami adiknya sambil mengangkatnya dari tanah, sebab ia masih dalam keadaan berbaring. ia mengusap darahnya dan menenteramkan hatinya seraya menanyakan kepadanya: “Di mana boleh aku menemui Muhammad?”
Di kala itu Fatimah masih tetap merahasiakannya karena a masih khuwatir dan terpaksa tidak mau memberitahukan tempat Rasulullah saw. Namun di saat itu Umar selalu mendesak dan menerangkan bahawa ia bermaksud masuk Islam.
Kekerasan hati Umar benar-benar telah lenyap dan kesombongannya yang berlebih-lebihan itu pun telah hancur. Ayat-ayat Allah telah dapat masuk dan meresap ke lubuk hatinya dan seluruh anggota tubuhnya. Umar lalu berangkat mencari Muhammad,
(Bhg 3)
Umar lalu berangkat mencari Muhammad, setibanya di muka rumah Al-Arqam bin Abil Arqam ia berdiri dengan khusyu’ dan tenang. Kemudian ia mengetuk pintu. Di saat itu berdirilah seorang sahabat dan melihatnya melalui lubang pintu, lalu ia kembali menuju kumpulan sahabat yang datang seraya berkata: “Wahai Rasulullah, ada Umar! Ia datang membawa pedang terhunus.”
Situasi seperti itu menjadikan sebahagian para sahabat merasa khuwatir. Sebab kebiasaan Umar itu telah dikenal selalu jahat. Akan tetapi, Hamzah bin Abdul Muthalib r.a menoleh kepada Nabi saw seraya berkata: “Wahai Rasulullah, perkenankanlah saya! Andaikata ia bermaksud baik, maka akan saya beri kesempatan untuk masuk, dan jika ia datang hanya akan berbuat kejahatan, maka akan saya bunuh dengan pedangnya. Maka Nabi saw diam sebentar seraya bersabda:
“bergembiralah kamu semual Sesungguhnya Umar telah datang pada kamu sekalian sedangkan cahaya Islam terletak di antara kedua matanya.”
Setelah itu Rasulullah saw memperkenankan agar pintu dibuka, maka masuklah Umar. Para hadirin kembali ke belakang dan Nabi saw maju menemui Umar sambil memegang hujung leher bajunya, sambil menariknya dengan kuat sehingga membekas pada lehernya. Selanjutnya beliau mengatakan: “Apakah belum waktunya bagimu untuk masuk Islam wahai putera Al-Khattab?” Akhirnya Umar mengucapkan:
ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNAKA RASULULLAAH. “Aku bersaksi bahawasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.
Di sinilah lalu para sahabat yang datang di situ sama menghadap sambil berjabat tangan dan menyampaikan ucapan selamat bahagia. Kegembiraan tampak kelihatan pada wajah mereka, dan lslamnya Umar inilah merupakan tanda suksesnya dakwah Islam menurut lembaran sejarah. Allah swt benar-benar mengabulkan doa Nabi-Nya yang telah dipanjatkan berulang kali di setiap waktu. Doa Nabi tersebut berbunyi:
ALLAHUMMA A'IZZAL ISLAM BI AHADIL-UMARAIN. “Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan salah satu dari dua Umar.”
Yang dimaksud oleh Nabi yaitu Amru bin Hisyam dan Umar bin Al-Khattab.
Setelah Umar masuk Islam, maka dakwah Islam yang bermula secara tersembunyi dan rahsia menjadi dakwah dengan terang-terangan dan secara jelas. Kaum Muslimin setelah itu tidak mempunyai rasa takut dengan siapa pun. Nabi Muhammad saw bersama kaum Muslimin mula mengelilingi pasar-pasar kota Makkah dengan diatur menjadi dua barisan sebagai pasukan tentera Allah swt. Barisan yang satu di bawah pimpinan Panglima Hamzah ra dan yang satunya di bawah pimpinan Umar ra.
Peristiwa masuknya Islam Umar kemudian menghebohkan kaum Quraisy yang mana mereka sama menyatakan penyesalannya. Sebab Umar bin Al-Khattab yang dahulunya sangat kuat dalam membela kebodohan sekarang menjadi seorang yang kuat keislamannya.
Ia mendirikan solat, mengerjakan ruku dan sujud di muka Ka’bah, di mana tiada seorang pun yang berani mengganggunya. Ia membela ummat Islam dan membentenginya.
Setelah cukup lama, terdengarlah berita besar tentang masuknya Umar menjadi Islam ini di kalangan para Muhajirin di negeri Habsyah. Maka mereka kembali ke Makkah. Namun di kala itu penduduk Makkah, pemimpin-pemimpin, para penasihat dan para raja yang ada di sana masih belum mempunyai rasa kasih sayang dan belum mahu menyerah.
Mereka masih tetap berusaha meningkatkan niat untuk menyakiti dan mempersempit perjuangan ummat Islam. Mereka masih teguh pendiriannya untuk menyakiti dengan beraneka cara.
Di kala Allah telah memberi izin kepada Nabi Muhammad saw untuk hijrah ke Madinah, maka beliau menyatakan bahwa hijrahnya kaum Muslimin sebelum itu adalah telah memperoleh keselamatan. Begitulah tuntunan dan nasihat yang dinyatakan oleh beliau.
Hijrahnya Umar adalah berbeza dan sangat aneh, sebab kebanyakan kaum Muslimin sewaktu hijrah mereka keluar dengan cara menyamar, bersembunyi, mereka berkelompok-kelompok dan saling jaga-menjaga. Akan tetapi Umar berhijrah dengan cara lain, di mana keberanian dan kekerasannya seakan-akan tidak rela bila ia keluar dengan cara menyamar di waktu malam atau bersama seseorang. Ia menyandang pedangnya, memanggul busur panah, membawa panah di tangannya dan melipat tongkatnya. Ia berjalan melewati arah Ka’bah, padahal pemimpin Quraisy berada di halaman Ka’bah itu. Ia bertawaf di sekelilingnya tujuh kali dengan mantap. Setelah itu ia mendatangi Makam lbrahim dan mengerjakan solat lalu ia berdiri di muka kalangan kaum Quraisy seraya mengatakan kepada mereka dengan nada sinis:
"Siapa yang akan meninggalkan ibunya, atau meyatimkan anaknya, atau menjadikan janda isterinya, maka baiklah menemui saya di belakang lembah ini."
Selanjutnya ia meneruskan perjalanannya sedangkan kaum Quraisy terkunci mulutnya, diam seribu bahasa. Dia tiba di Madinah setelah merasa letih dan dahaga lagi susah payah.
Dia beberapa hari merasa rindu untuk bertemu dengan Rasulullah saw dan senantiasa berusaha mencari beritanya.
Sehingga setelah sampai pada hari yang mulia ia dapat bertemu dengan Rasulullah di Madinah, Serombongan kaum Muslimin menjemputnya dengan penuh penghormatan. Di kala itu Umar tak dapat menahan cucuran air matanya yang mengalir karena rasa riang dan gembiranya yang tak terhingga...
(bhg 4)
Sehingga setelah sampai pada hari yang mulia ia dapat bertemu dengan Rasulullah di Madinah, Serombongan kaum Muslimin menjemputnya dengan penuh penghormatan. Di kala itu Umar tidak dapat menahan cucuran air matanya yang mengalir karena rasa riang dan gembiranya yang tak terhingga.
Nabi Muhammad saw lalu memeluknya dengan pelukan penghormatan yang hangat.
Sewaktu ummat Islam yang berkedudukan di Madinah telah merasa tenteram, dan Nabi Muhammad saw telah menetapkan Undang-undang Pemerintahan yang baru dengan Dasar Hukum Syariat Islam, maka Umarlah yang menjadi penasihat dan Menteri yang terpercaya.
Dalam hal ini, hubungan antara Umar dan Rasulullah saw telah sampai pada batas yang tidak dapat disifati. Rasulullah saw bagaikan pelindungnya yang tidak pernah berpisah kecuali kegelapan malam telah menutupi mereka.
Rasa kegembiraan telah menyelubungi hatinya ketika Rasulullah saw meminang puterinya yaitu Hafsah. Hubungan mertua antara keduanya menambah kuat hubungan kasih sayang bagi diri Umar, dan itulah kemuliaan yang agung yang telah dicapai oleh Umar bin Al-Khattab r.a.
Hari bertambah hari dan masa ke masa, Umar bertambah terikat dengan Rasulullah saw dan bertambah pulalah baginya dalam memahami Hukum Islam serta bertambah juga sikap kerasnya terhadap orang kafir.
Ketika terjadi perang Badar di mana kaum Muslimin telah berangkat menemui pasukan Quraisy dan antara dua pasukan telah saling bertemu, maka Umar ra adalah termasuk orang yang diminta pendapatnya.
Waktu itu Umar menyampaikan isyarat agar memantapkan tujuan, menguatkan hati dan melawan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh agama yang benar. Umar memang orang yang senang mengikuti perang, demi membela dan menegakkan agama Allah serta menegakkan bendera Al Quran.
Setelah terjadi perang tanding antara dua pasukan perang itu, maka dialah yang tetap teguh hatinya dan tetap kuat keimanannya sehingga pasukan kuda kaum Quraisy melarikan diri dari hadapannya karena takut terhadap pedangnya yang haus akan darah.
Sewaktu peperangan sampai ke kemuncaknya, ia berjumpa bapa saudaranya yaitu Al-Ash bin Hisyam. Umar tidak ragu ragu menghadapinya sepontan menyerangnya dan ia berhasil membunuhnya.
Hubungan darah dan ikatan tali persaudaraan tidak tergores sedikit pun dalam hatinya, sehingga dia pun melawannya. Baginya akidah dan ukhuwah lslamiyah serta persaudaraan adalah menjadi tuntunan yang harus dipegang teguh. Dalam perang Badar itu kaum Muslimin memperoleh kemenangan dan mendapatkan barang-barang rampasan yang banyak sekali.
Tahanan-tahanan perang pun sangat banyak. Maka ketika Nabi Muhammad saw bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam masalah tahanan, masing masing dari mereka mengemukakan pendapatnya. Umar r.a berpendapat agar tahanan dibunuh kerana mereka itu pemimpin-pemimpin orang kafir dan sesat. Umar risau kerana mereka pasti akan mengumpul kekuatan dan membalas dendam terhadap Umat Islam. Abu Bakr r.a pula berpendapat agar mereka diberi kesempatan untuk hidup dan membayar denda atau menebus diri mereka dengan wang tebusan. Hal ini dapat memperkuat Umat Islam. Rasulullah s.a.w mengembalikan masalah tahanan perang kepada sahabat-sahabatnya yang berada dalam mesyuarat (ahli syura) ketika itu, maka majoritinya cenderung kepada pendapat Abu Bakr r.a. kerana tiada sesuatu tindakan pun yang kebaikannya menyamai tindakan memeberi kemaafan dan keampunan, lebih-lebih lagi dalam mengetuk dan membuka hati yang terkunci. Tidak lama selepas itu Allah menurunkan ketentuan tentang masalah tahanan perang dan ternyata sesuai dengan pendapat Umar. (Lihat Kisah Abu Bakr pada masa akan datang).
Memang agama Islam selamanya merupakan agama yang berdasarkan musyawarah. Maka tidak pernah membiarkan pendapat mengambil tempat dalam urusan umum dan urusan masyarakat.
Umar adalah termasuk anggota Penasihat Rasulullah saw setelah Abu Bakar ra. Kebanyakan ayat-ayat hukum yang diturunkan kepada Rasulullah saw adalah mendekati pendapat Umar atau secocok dengan pendapatnya. lidahnya seolah-olah lidah malaikat kerana selalu betepatan dengan wahyu. Lisan Umar itu adalah bagaikan lisan para malaikat yang menyampaikan wahyu. Memang beliau telah didoakan oleh Rasulullah s.a.w sebagaimana disebutkan dalam doanya:
“SEMOGA ALLAH MENJADIKAN KEBENARAN PADA LISAN UMAR DAN HATINYA.”
Umar r.a adalah sahabat yang banyak hadir mengikuti peperangan bersama Rasulullah saw.
sumber: e-mail
Al-Khattab bin Nufail Al-Mahzumi Al-Quraisyi mendengar berita bahawa isterinya telah melahirkan bayi, maka wajahnya berseri-seri karena merasa gembira. Senang hatinya. Ia kemudian mencari-cari, mendengar-dengar khabar berita itu di tengah masyarakat yang sedang berkerumun di salah satu tempat dekat tembok Ka’bah.
Mendengar khabar bayinya ialah seorang putera, maka bertambahlah rasa kegembiraannya. Setelah itu ia pulang ke rumah untuk berjumpa isterinya iaitu Hantamah binti Hasyim, setibanya di rumah ia menyampaikan ucapan selamat kepada sang isteri dan kemudian ia mengusap mukanya yang dibasahi keringat. Selanjutnya ia mendekati puteranya dengan riang gembira seraya berkata-kata kepada bayinya itu dengan ucapan yang tak dapat difahami.
Selesai mengadakan perbincangan sebentar dengan isteri dan keluarganya, lalu puteranya yang baru lahir itu diberi nama “Umar”. Hari berganti hari, lalu si bayi dapat merangkak, selanjutnya berlatih berjalan yang kemudian menjadi anak yang meningkat dewasa.
Sepanjang perkembangannya ia mendapat perhatian penuh dan pemeliharaan yang terarah dari kedua ibu bapanya. Setelah ia menginjak remaja, ia diarahkan orang tuanya untuk memelihara ternakan peliharaannya, ia diberi pekerjaan yang cukup berat dengan tujuan menguatkan sifat-sifatnya dan dengan maksud menguatkan tubuhnya.
Umar adalah seorang berkulit putih kemerah-merahan, tubuhnya berambut, antara kedua bahunya lebar, dan kedua lengan tangannya kukuh. Sewaktu berjalan nampak cepatnya sehingga orang yang menyertainya tidak dapat mengikuti perjalanannya yang cepat itu.
Sewaktu pasar Ukaz dibangunkan di lapangan kota Makkah dan ummat manusia telah membanjiri seluruh penjurunya, maka Umarlah yang ditugaskan sebagai penunggang kuda di kalangan pemuda. Sehingga tiadalah pacuan kuda yang diikutinya kecuali dialah yang selalu memperoleh kemenangan.
Ada diceritakan, bahawa sewaktu diselenggarakannya perlumbaan, datanglah seorang pemuda yang berani dan berputar-putar di lapangan tempat perlumbaan itu sambil menampakkan kesombongannya serta keangkuhannya, sebab ia telah berhasil mengalahkan sejumlah penyaingnya dan telah dapat menundukkan keegoan mereka.
Maka setibanya Umar dan kawan-kawannya di lapangan, para penonton yang datang menonjolkannya dan menghebohkan kekuatan yang ada padanya. Mereka memberikan spirit kepada Umar untuk bertanding melawan pemuda pemberani tersebut. Pada permulaan berlangsungnya perlumbaan, pemuda itu melihat Umar dengan pandangan sinis dan penghinaan kerana Umar kelihatan marah. Maka Umar segera melepaskan selendang dan sebahagian pakaiannya, selanjutnya ia memasuki lapangan untuk bertanding dengan pemuda itu. Ketika bertanding, keduanya menampakkan kepakaran masing-masing sehingga orang-orang yang mengelilingi lapangan itu menjadi penuh sesak. Setelah beberapa putaran, maka Umar dapat mengalahkannya, sepontan suara kegembiraan terdengar, amat ramai sekali di semua tempat seakan-akan dapat membelah awan di langit. sehingga ia dapat mengembalikan kemenangannya kepada sukunya dan suku Quraisy. Ternyata Umarlah yang mendapat kemenangan.
Setelah itu Umar berjalan melewati pembesar-pembesar Quraisy di sekitar Ka’bah seraya mendapatkan penghormatan. Setelah keramaian pasar Ukaz bubar, dan orang-orang yang datang telah kembali ke tempat tinggal masing-masing, maka menjadi sepi lah situasi pasar-pasar di kota Makkah dari orang-orang pejalan kaki tadi. Maka Umar pun kembali pada adat kebiasaannya iaitu menyerbu umat Islam, dan menangkap mereka dengan kekerasan.
Pasar Ukaz sepanjang harinya selalu disibukkan dengan peristiwa Umar dan kaum Muslimin. Ia tidak mempunyai rasa belas kasih kepada mereka. Ia selalu menakut-nakuti dengan penuh kekerasan...
(Bhg 2)
Pada suatu ketika ia sedang berada di sekitar Ka’bah, di hari itu ia merasa sakit hati akibat celaan salah seorang yang ada di situ berkenaan puterinya, seorang kanak-kanak perempuan. Sebab Umar adalah orang yang memang tidak mahu dicela oleh sesiapa pun. Mendengar cercaan itu, maka ia segera bangun dengan mempercepat langkahnya pulang ke rumah. Selanjutnya ia membawa puterinya menuju ke lapangan kota Makkah. Puteri yang masih kecil itu disuruh duduk di sampingnya dan ia mula menggali lubang di tengah padang pasir.
Setelah selesai menggali lubang, maka anak yang tak berdosa itu dijerumuskan ke dalamnya dengan kerelaan hatinya, dan kemudian ia menimbunnya dengan tanah.
Ketika ia sedang asyik dalam pekerjaan menggali lubang itu, percikan tanah yang digalinya tertempel pada janggutnya, sedang puterinya yang kecil itu sempat membersihkan janggut ayahnya yang terkena tanah itu. Puterinya mengira bahwa yang dikerjakan ayahnya adalah bermain-main dan sedang menghiburnya. Akan tetapi dalam hal itu hati Umar sedikit pun tak tergores rasa kasih sayang kepadanya.
Memang menanam hidup-hidup anak perempuan di kala itu adalah merupakan kebiasaan serta adat orang Jahiliyah, sebab mereka merasa takut fakir atau tercela. Tetapi kebiasaan itu telah dilenyapkan oleh Nabi Muhammad saw yang mana beliau mengajak ummat manusia untuk melepaskan adat kebiasaan itu. Beliau berkali-kali menyampaikan kepada ummat manusia akan firman Allah subhanahu wa Ta’ala ini:
31. Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu kerana takutkan kepapaan; Kamilah Yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kamu. Sesungguhnya perbuatan membunuh mereka adalah satu kesalahan Yang besar. (Al-Isra')
8. Dan apabila anak perempuan Yang ditanam hidup-hidup: ditanya,
9. Dengan dosa apakah ia dibunuh? (At-Takwir)
Akan tetapi seruan Rasul itu tidak diterima orang-orang yang sangat bodoh dan sangat sombong lagi angkuh dengan telinga yang terkunci. Setelah itu Umar kembali ke Makkah, seolah-olah penutup dadanya telah tersingkap atau seakan-akan ia telah berada dalam budi mulia yang akan disanjung oleh masyarakat dan kemudian ia disebut sebagai orang yang baik.
Ia kembali pada perjalanannya dengan mengangkat kepalanya sebagaimana biasanya. Bumi bergerak di bawah telapak kakinya, ia melintasinya dengan gaya kesombongan dan keangkuhan.
Pada suatu ketika ia mengajak ibunya berkumpul bersama sahabat-sahabatnya di suatu tempat yang digunakan bersama untuk minum-minum dan bersenang-senang. Selesainya lalu ia pulang ke rumahnya. Adalah suatu yang aneh, bahawa anak perempuannya yang telah dikubur hidup-hidup pada hari yang telah lewat itu, menjadikan Umar tak dapat tidur dan selalu gelisah di saat ia beristirehat.
Sedangkan ibu dan puterinya tak dapat menangis dengan suara keras. Ia menahan nafasnya dan menyembunyikan rintihan tangisnya dalam dada, kerana khuwatir kalau Umar mengetahui pasti akan menyakitinya.
Di kala bangsa Quraisy berlebih-lebihan dalam menyakiti kaum Muslimin, maka sebagian kaum Muslimin berhijrah ke Habsyah (Ethopia) untuk menyelamatkan agama dan menghindari fitnah.
Pada suatu hari ketika Umar berbincang-bincang bersama pemimpin golongan Quraisy tentang adanya dakwah yang baru yang menggoncangkan masyarakat mereka, maka tampil salah seorang dari mereka, minta kepada sekalian orang yang berkumpul di situ agar Muhammad dibunuh dan dilarang dari dakwahnya. Yang dipilih pada waktu itu adalah Umar bin AI-Khattab, sebab jika ia marah pasti tidak mempunyai rasa kasihan, ia berani menakut-nakuti, mengancam dan berani melarang bagaikan harimau yang ganas.
Sementara itu salah seorang yang datang berkumpul di situ ada yang menggelengkan kepala sebagai tanda tidak setuju dan sebagai penghinaan kepada Umar seraya mengatakan: “Wahai Umar, urusilah keluargamu sendiri! Sebab saudara kandungmu Fatimah dan suaminya telah pindah agama, maka yang baik bagimu adalah meluruskan kebengkokan keduanya itu untuk kembali kepadamu.”
Ketika itu seakan-akan api bergejolak menyala-nyala dalam tubuh dan pakaian Umar. Ia lalu berdiri dengan melepaskan pandangan terakhir terhadap orang yang berkumpul, dan terus pergi menuju ke rumah saudaranya. Pergolakan fikirannya telah menghunjam ke dalam hatinya.
Setelah ia sampai di rumah saudaranya, ia menemui pintu yang sudah pecah, lalu ia membukanya dengan perlahan dan terus memasukinya. ia mendengar suara yang tidak keras yang kadang-kadang juga kedengaran keras bila ia maju selangkah demi selangkah. Selanjutnya setelah ia merasa tenteram dalam mendengar sebahagian kalimat, ia terpaku di tempatnya, seakan-akan ada kekuatan ghaib yang menghalang-halangnya untuk maju selangkah dan selangkah selanjutnya.
Setelah suara Fatimah berhenti, maka Umar berteriak kepada adik perempuannya sebelum ia masuk ke tempatnya. Maka ia dan suaminya cepat-cepat menyembunyikan apa yang sedang dipegang di tangannya, yaitu berupa lembaran bertuliskan ayat-ayat Al-Quran. Maka masuklah Umar seraya berseru minta penjelasan tentang bacaan yang didengarnya yang ia kurang faham. Pertama kali Fatimah bersama suaminya mengingkari dan tidak mau mengaku terus terang. Tetapi setelah Umar mendesak terus-menerus, maka Fatimah menyatakan bahwa dirinya benar-benar telah masuk Islam. Peristiwa inilah yang kemudian menjadikan Umar bertambah marah, bahkan di kala itu Umar akan menampar adik perempuan kandungnya, namun dihalang-halangi suaminya. Tetapi Umar berusaha memegangnya sehingga adik iparnya itu jatuh tersungkur ke bumi di mana mukanya luka-luka berdarah. Di saat itu lalu Umar merebut lembaran yang terdapat tulisan yang dibaca adiknya tadi dan ia pun lalu membacanya:
1. Taa' Haa.
2. Kami tidak menurunkan Al-Quran kepadamu (Wahai Muhammad) supaya Engkau menanggung kesusahan.
3. Hanya untuk menjadi peringatan bagi orang-orang Yang takut melanggar perintah Allah
4. (Al-Quran) diturunkan dari (Tuhan) Yang menciptakan bumi dan langit Yang tinggi.
5. Iaitu (Allah) Ar-Rahman, Yang bersemayam di atas Arasy.
Dan memang Maha Benarlah Allah, karena Dia juga berfirman:
21. Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini ke atas sebuah gunung, nescaya Engkau melihat Gunung itu khusyuk serta pecah belah kerana takut kepada Allah. dan (ingatlah), misal-misal perbandingan ini Kami kemukakan kepada umat manusia, supaya mereka memikirkannya. (Al-Hasyr)
Belum selesai Umar dalam membaca ayat tersebut, maka meredalah kesombongannya dan lenyap pulalah kemarahannya. Kemudian ia memeluk suami adiknya sambil mengangkatnya dari tanah, sebab ia masih dalam keadaan berbaring. ia mengusap darahnya dan menenteramkan hatinya seraya menanyakan kepadanya: “Di mana boleh aku menemui Muhammad?”
Di kala itu Fatimah masih tetap merahasiakannya karena a masih khuwatir dan terpaksa tidak mau memberitahukan tempat Rasulullah saw. Namun di saat itu Umar selalu mendesak dan menerangkan bahawa ia bermaksud masuk Islam.
Kekerasan hati Umar benar-benar telah lenyap dan kesombongannya yang berlebih-lebihan itu pun telah hancur. Ayat-ayat Allah telah dapat masuk dan meresap ke lubuk hatinya dan seluruh anggota tubuhnya. Umar lalu berangkat mencari Muhammad,
(Bhg 3)
Umar lalu berangkat mencari Muhammad, setibanya di muka rumah Al-Arqam bin Abil Arqam ia berdiri dengan khusyu’ dan tenang. Kemudian ia mengetuk pintu. Di saat itu berdirilah seorang sahabat dan melihatnya melalui lubang pintu, lalu ia kembali menuju kumpulan sahabat yang datang seraya berkata: “Wahai Rasulullah, ada Umar! Ia datang membawa pedang terhunus.”
Situasi seperti itu menjadikan sebahagian para sahabat merasa khuwatir. Sebab kebiasaan Umar itu telah dikenal selalu jahat. Akan tetapi, Hamzah bin Abdul Muthalib r.a menoleh kepada Nabi saw seraya berkata: “Wahai Rasulullah, perkenankanlah saya! Andaikata ia bermaksud baik, maka akan saya beri kesempatan untuk masuk, dan jika ia datang hanya akan berbuat kejahatan, maka akan saya bunuh dengan pedangnya. Maka Nabi saw diam sebentar seraya bersabda:
“bergembiralah kamu semual Sesungguhnya Umar telah datang pada kamu sekalian sedangkan cahaya Islam terletak di antara kedua matanya.”
Setelah itu Rasulullah saw memperkenankan agar pintu dibuka, maka masuklah Umar. Para hadirin kembali ke belakang dan Nabi saw maju menemui Umar sambil memegang hujung leher bajunya, sambil menariknya dengan kuat sehingga membekas pada lehernya. Selanjutnya beliau mengatakan: “Apakah belum waktunya bagimu untuk masuk Islam wahai putera Al-Khattab?” Akhirnya Umar mengucapkan:
ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNAKA RASULULLAAH. “Aku bersaksi bahawasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.
Di sinilah lalu para sahabat yang datang di situ sama menghadap sambil berjabat tangan dan menyampaikan ucapan selamat bahagia. Kegembiraan tampak kelihatan pada wajah mereka, dan lslamnya Umar inilah merupakan tanda suksesnya dakwah Islam menurut lembaran sejarah. Allah swt benar-benar mengabulkan doa Nabi-Nya yang telah dipanjatkan berulang kali di setiap waktu. Doa Nabi tersebut berbunyi:
ALLAHUMMA A'IZZAL ISLAM BI AHADIL-UMARAIN. “Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan salah satu dari dua Umar.”
Yang dimaksud oleh Nabi yaitu Amru bin Hisyam dan Umar bin Al-Khattab.
Setelah Umar masuk Islam, maka dakwah Islam yang bermula secara tersembunyi dan rahsia menjadi dakwah dengan terang-terangan dan secara jelas. Kaum Muslimin setelah itu tidak mempunyai rasa takut dengan siapa pun. Nabi Muhammad saw bersama kaum Muslimin mula mengelilingi pasar-pasar kota Makkah dengan diatur menjadi dua barisan sebagai pasukan tentera Allah swt. Barisan yang satu di bawah pimpinan Panglima Hamzah ra dan yang satunya di bawah pimpinan Umar ra.
Peristiwa masuknya Islam Umar kemudian menghebohkan kaum Quraisy yang mana mereka sama menyatakan penyesalannya. Sebab Umar bin Al-Khattab yang dahulunya sangat kuat dalam membela kebodohan sekarang menjadi seorang yang kuat keislamannya.
Ia mendirikan solat, mengerjakan ruku dan sujud di muka Ka’bah, di mana tiada seorang pun yang berani mengganggunya. Ia membela ummat Islam dan membentenginya.
Setelah cukup lama, terdengarlah berita besar tentang masuknya Umar menjadi Islam ini di kalangan para Muhajirin di negeri Habsyah. Maka mereka kembali ke Makkah. Namun di kala itu penduduk Makkah, pemimpin-pemimpin, para penasihat dan para raja yang ada di sana masih belum mempunyai rasa kasih sayang dan belum mahu menyerah.
Mereka masih tetap berusaha meningkatkan niat untuk menyakiti dan mempersempit perjuangan ummat Islam. Mereka masih teguh pendiriannya untuk menyakiti dengan beraneka cara.
Di kala Allah telah memberi izin kepada Nabi Muhammad saw untuk hijrah ke Madinah, maka beliau menyatakan bahwa hijrahnya kaum Muslimin sebelum itu adalah telah memperoleh keselamatan. Begitulah tuntunan dan nasihat yang dinyatakan oleh beliau.
Hijrahnya Umar adalah berbeza dan sangat aneh, sebab kebanyakan kaum Muslimin sewaktu hijrah mereka keluar dengan cara menyamar, bersembunyi, mereka berkelompok-kelompok dan saling jaga-menjaga. Akan tetapi Umar berhijrah dengan cara lain, di mana keberanian dan kekerasannya seakan-akan tidak rela bila ia keluar dengan cara menyamar di waktu malam atau bersama seseorang. Ia menyandang pedangnya, memanggul busur panah, membawa panah di tangannya dan melipat tongkatnya. Ia berjalan melewati arah Ka’bah, padahal pemimpin Quraisy berada di halaman Ka’bah itu. Ia bertawaf di sekelilingnya tujuh kali dengan mantap. Setelah itu ia mendatangi Makam lbrahim dan mengerjakan solat lalu ia berdiri di muka kalangan kaum Quraisy seraya mengatakan kepada mereka dengan nada sinis:
"Siapa yang akan meninggalkan ibunya, atau meyatimkan anaknya, atau menjadikan janda isterinya, maka baiklah menemui saya di belakang lembah ini."
Selanjutnya ia meneruskan perjalanannya sedangkan kaum Quraisy terkunci mulutnya, diam seribu bahasa. Dia tiba di Madinah setelah merasa letih dan dahaga lagi susah payah.
Dia beberapa hari merasa rindu untuk bertemu dengan Rasulullah saw dan senantiasa berusaha mencari beritanya.
Sehingga setelah sampai pada hari yang mulia ia dapat bertemu dengan Rasulullah di Madinah, Serombongan kaum Muslimin menjemputnya dengan penuh penghormatan. Di kala itu Umar tak dapat menahan cucuran air matanya yang mengalir karena rasa riang dan gembiranya yang tak terhingga...
(bhg 4)
Sehingga setelah sampai pada hari yang mulia ia dapat bertemu dengan Rasulullah di Madinah, Serombongan kaum Muslimin menjemputnya dengan penuh penghormatan. Di kala itu Umar tidak dapat menahan cucuran air matanya yang mengalir karena rasa riang dan gembiranya yang tak terhingga.
Nabi Muhammad saw lalu memeluknya dengan pelukan penghormatan yang hangat.
Sewaktu ummat Islam yang berkedudukan di Madinah telah merasa tenteram, dan Nabi Muhammad saw telah menetapkan Undang-undang Pemerintahan yang baru dengan Dasar Hukum Syariat Islam, maka Umarlah yang menjadi penasihat dan Menteri yang terpercaya.
Dalam hal ini, hubungan antara Umar dan Rasulullah saw telah sampai pada batas yang tidak dapat disifati. Rasulullah saw bagaikan pelindungnya yang tidak pernah berpisah kecuali kegelapan malam telah menutupi mereka.
Rasa kegembiraan telah menyelubungi hatinya ketika Rasulullah saw meminang puterinya yaitu Hafsah. Hubungan mertua antara keduanya menambah kuat hubungan kasih sayang bagi diri Umar, dan itulah kemuliaan yang agung yang telah dicapai oleh Umar bin Al-Khattab r.a.
Hari bertambah hari dan masa ke masa, Umar bertambah terikat dengan Rasulullah saw dan bertambah pulalah baginya dalam memahami Hukum Islam serta bertambah juga sikap kerasnya terhadap orang kafir.
Ketika terjadi perang Badar di mana kaum Muslimin telah berangkat menemui pasukan Quraisy dan antara dua pasukan telah saling bertemu, maka Umar ra adalah termasuk orang yang diminta pendapatnya.
Waktu itu Umar menyampaikan isyarat agar memantapkan tujuan, menguatkan hati dan melawan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh agama yang benar. Umar memang orang yang senang mengikuti perang, demi membela dan menegakkan agama Allah serta menegakkan bendera Al Quran.
Setelah terjadi perang tanding antara dua pasukan perang itu, maka dialah yang tetap teguh hatinya dan tetap kuat keimanannya sehingga pasukan kuda kaum Quraisy melarikan diri dari hadapannya karena takut terhadap pedangnya yang haus akan darah.
Sewaktu peperangan sampai ke kemuncaknya, ia berjumpa bapa saudaranya yaitu Al-Ash bin Hisyam. Umar tidak ragu ragu menghadapinya sepontan menyerangnya dan ia berhasil membunuhnya.
Hubungan darah dan ikatan tali persaudaraan tidak tergores sedikit pun dalam hatinya, sehingga dia pun melawannya. Baginya akidah dan ukhuwah lslamiyah serta persaudaraan adalah menjadi tuntunan yang harus dipegang teguh. Dalam perang Badar itu kaum Muslimin memperoleh kemenangan dan mendapatkan barang-barang rampasan yang banyak sekali.
Tahanan-tahanan perang pun sangat banyak. Maka ketika Nabi Muhammad saw bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam masalah tahanan, masing masing dari mereka mengemukakan pendapatnya. Umar r.a berpendapat agar tahanan dibunuh kerana mereka itu pemimpin-pemimpin orang kafir dan sesat. Umar risau kerana mereka pasti akan mengumpul kekuatan dan membalas dendam terhadap Umat Islam. Abu Bakr r.a pula berpendapat agar mereka diberi kesempatan untuk hidup dan membayar denda atau menebus diri mereka dengan wang tebusan. Hal ini dapat memperkuat Umat Islam. Rasulullah s.a.w mengembalikan masalah tahanan perang kepada sahabat-sahabatnya yang berada dalam mesyuarat (ahli syura) ketika itu, maka majoritinya cenderung kepada pendapat Abu Bakr r.a. kerana tiada sesuatu tindakan pun yang kebaikannya menyamai tindakan memeberi kemaafan dan keampunan, lebih-lebih lagi dalam mengetuk dan membuka hati yang terkunci. Tidak lama selepas itu Allah menurunkan ketentuan tentang masalah tahanan perang dan ternyata sesuai dengan pendapat Umar. (Lihat Kisah Abu Bakr pada masa akan datang).
Memang agama Islam selamanya merupakan agama yang berdasarkan musyawarah. Maka tidak pernah membiarkan pendapat mengambil tempat dalam urusan umum dan urusan masyarakat.
Umar adalah termasuk anggota Penasihat Rasulullah saw setelah Abu Bakar ra. Kebanyakan ayat-ayat hukum yang diturunkan kepada Rasulullah saw adalah mendekati pendapat Umar atau secocok dengan pendapatnya. lidahnya seolah-olah lidah malaikat kerana selalu betepatan dengan wahyu. Lisan Umar itu adalah bagaikan lisan para malaikat yang menyampaikan wahyu. Memang beliau telah didoakan oleh Rasulullah s.a.w sebagaimana disebutkan dalam doanya:
“SEMOGA ALLAH MENJADIKAN KEBENARAN PADA LISAN UMAR DAN HATINYA.”
Umar r.a adalah sahabat yang banyak hadir mengikuti peperangan bersama Rasulullah saw.
sumber: e-mail
0 Comments:
Post a Comment
<< Home